Rabu, 05 November 2008

Hilangnya Sejarah Desaku

Sejak beberapa minggu lalu masyarakat desaku, Desa Purwoharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo terhenyak oleh berita yang disampaikan Lurah Desa tersebut. Bagaimana tidak ketika tanah kelahirannya, tempat bermainnya dikala kecil sampai tempat berduka-cita dan bersuka ria akan hilang tenggelam oleh pembangunan Waduk Tinalah. Bahkan sekarang masyarakat baik tua renta maupun yang masih "umbelen" resah, nglokro, untuk menjalani hidup. Meraka enggan bekerja tapi tidak untuk berdoa.

Kalo si kurus Panggih sebenarnya dah tahu sejak 2004 yang lalu ketika menjadi konsultan Pemberdayaan Masyarakat di Waduk Sermo. Ketika itu nampak jelas dihadapanku peta Kabupaten Kulonprogo yang memuat blok arena bewarna biru bertuliskan Waduk Tinalah. Saya terhenyak sebab Tinalah adalah sungai yang mengalir deras ketika hujan dan kecil airnya ketika kemarau. Sungai tempat saya bermain air, tempat saya belajar renang, tempat saya mencuci pakaian dan sekujur badan, sungai yang dulu dipenuhi ikan-ikan yang sering kutangkap setelah airnya di "tawu" (dikeringkan).

Belum lagi rumahku dan tanah disekitarku, tempat aku bermain dan bermain bersama teman-temanku, temapt aku menangis sambil mengusap "umbel" (ingus), dan tempat segalanya bagiku dan bagi semua rakyat di desaku.

Pada awal tahun 2008 saya dipanggil oleh Kepala BPSDA Sermo, dikasih tahu kalo rencana pembangunan waduk Tinalah akan dimulai studi kelayakannya tahun 2009. Ketika itu pula saya dilihatkan sebuah peta besar yang ditaruh di atas meja tidak cukup sampai nglewer ke bawah. Aku di tanya rumahku sebelah mana? Saya jawab rumahku di Plarangan, kemudioan kami bersama P Samadi Kasie Dalman BPSDA Sermo dan P Purwoko Kepala BPSDA sermo mencari Plarangan yang ada dipeta. Setelah ketemu Pak Pur tanya ke aku "sama masjid sebelah mana". Aku Jawab " wetane let sak omah". Aku lihat juga rencana batas-batas genangan air yang bergaris biru (agak lupa) yang jelas-jelas disebelah utara rumahku. "rumahku pasti klelep".

Sepulang dari sermo aku cerita sama istriku dan bapak ibuku. tapi ditanggapi dingin seolah gak percaya dengan omonganku. Tapi gak nyebar info ini ke banyak orang karena aku khawatir mereka gak siap mengadapi kenyataan.
selanjutnya bersambung......